Halaman

Kamis, 24 November 2011

Gerwani II (Keganjilan pemberitaan tentang gerwani)

Beberapa keganjilan penting diperhatikan berkaitan dengan tuduhan-tuduhan akan keterlibatan Gerwani. Pertama, tak satu pun dari perempuan-perempuan yang member kesaksian dan ditahan pernah dibawa ke pengadilan untuk membuktikan keterlibatan Gerwani dalam peristiwa penyiksaan dan pembunuhan para jenderal di Lubang Buaya. Dari kesaksian para pimpinan dan anggota Gerwani yang dipenjarakan di LP Bukit Duri, Jakarta, diperoleh cerita bahwa perempuan-perempuan muda yang kesaksiannya dikutip di berbagai media massa, seperti Djamilah, Sainah, dan Sakinah, bukanlah anggota Gerwani dan tidak pernah mengikuti kegiatan pelatihan sukarelawati di Lubang Buaya. Beberapa dari mereka adalah pekerja seks di daerah Senen yang ditangkap, disiksa habis-habisan, kemudian dipaksa mengakui skenario cerita yang telah dibuat pihak militer. Baru di penjaralah para pimpinan dan anggota Gerwani bertemu dengan perempuan-perempuan muda ini, dan mengetahui sumber kisah-kisah yang disebarkan di media massa tentang mereka. Bahkan, “Tari Harum Bunga” itu pun ”diciptakan” di LP Bukit Duri oleh aparat keamanan yang meminta perempuanperempuan tersebut menari-nari sambil berteriak-teriak untuk kemudian diabadikan dengan kamera. Kedua, di tengah pemberitaan gencar tentang tindakan kejam dan biadab yang dilakukan aktivis-aktivis Gerwani terhadap para jenderal terdapat pula pemberitaan lengkap tentang proses terbunuhnya paling tidak tiga orang jenderal, yaitu Achmad Yani, D.I. Pandjaitan, dan M.T. Harjono di harian-harian yang dikelola militer. Harian-harian ini menggambarkan bahwa ketiga jenderal ini segera tewas di kediaman masing-masing akibat tembakan beruntun yang dilancarkan anggota pasukan Pasukan Pengawal Presiden Resimen Tjakrabirawa di bawah komando operasional Letnan Satu Doel Arief.35 Selain itu, pada edisi 16 November 1965, harian Angkatan Bersendjata memuat kesaksian seseorang yang bernama Suparno yang menyatakan bahwa lima dari tujuh perwira korban pembunuhan tewas oleh tembakan, sedangkan dua lainnya – Mayjen. Suprapto dan Letnan Satu Pierre Tendean – disiksa sebatas dihantam dengan popor senapan. Keganjilan ketiga, yang tidak kalah pentingnya, adalah hasil otopsi terhadap masing-masing jenazah para korban yang tidak menyatakan adanya tanda-tanda penyiksaan seperti yang diungkapkan dalam pemberitaan di surat kabar. Luka-luka dan cedera yang bukan akibat tembakan tidak menunjukkan penganiayaan dengan silet atau pisau lipat, melainkan akibat tusukan bayonet, kemungkinan hantaman popor senjata, pengikatan yang terlalu erat, atau benturan dengan benda-benda tumpul

Gerwani I (Beberapa pemberitaan tentang gerwani penghujung 1965)

Pemberitaan-pemberitaan ini saya kutip dari Mendengarkan Suara Perempuan Korban Peristiwa 1965 yang dikeluarkan oleh Komnas Perempuan. Silakan dibaca ini terlebih dahulu sebelum ditulis lebih banyak lagi tentang Gerwani :).

Angkatan Bersendjata, 11 Oktober 1965:
... sukarelawan-sukarelawan Gerwani telah bermain-main dengan para Jenderal, dengan menggosok gosokkan kemaluan mereka ke kemaluan sendiri.

Duta Masjarakat, 12 Oktober 1965
Bahkan menurut sumber yang dapat dipercaya, orang-orang Gerwani menari-nari telanjang di depan korban-korban mereka, tingkah laku mereka mengingatkan kita pada upacara kanibalisme yang dilakukan suku-suku primitif berabad-abad yang lalu. Marilah kita serahkan pada kaum wanita untuk mengadili moral kewanitaan orang-orang Gerwani yang bermoral bejat lebih buruk dari binatang.

Angkatan Bersendjata, 14 Oktober 1965
(tanggal 12 Oktober 1965 kantor-kantor Gerwani dibakar demonstran) Dari penggeledahan di semua kantor Gerwani diperoleh sejumlah dokumen Gerwani yang membuktikan bahwa Gerwani merencanakan
untuk melakukan tindakan teror menyabot perekonomian, perdagangan dan produksi.

Sinar Harapan, 2 November 1965
Di Karang Asem, Jawa Tengah, sumber-sumber ABRI melaporkan 97 orang telah dibunuh orang Komunis. Menurut sebuah keterangan yang disebarkan kepada rakyat Karang Asem dengan bantuan Pemuda Rakyat dan Gerwani, para pengacau PKI menyerukan kata-kata suci Allahu Akbar, lalu melempar debu ke mata penduduk desa. Tetapi cara-cara licik dan primitif ini akhirnya terbuka kedoknya, karena gerombolan PKI itu menggunakan cara-cara yang sangat mudah dikenali, mereka tidak berpakaian selembar pun.

Berita Yudha, 4 November 1965
Dokumen-dokumen membuktikan adanya gerombolan Kucing Hitam yang mendapat tugas membakar rumah orang-orang non-komunis, juga hutan-hutan dan merusak berbagai instalasi vital. Bekerja sama dengan mereka adalah gerombolan Kancing Hitam yang terdiri dari Gerwani berparas cantik yang telah melacurkan diri dan mendekati pimpinanpimpinan partai lain untuk membujuk mereka agar mendukung program PKI.

Sinar Harapan, 8 Desember 1965
Saina, 17 tahun, anggota Gerwani, telah beberapa kali disuntik selama latihan enam setengah bulan di Lubang Buaya. Setelah diinjeksi itu ia merasa nafsu syahwatnya menjadi liar. Menurut Kepala Tim Interogasi Pepelrada Jabar, Mayor A Danamihardjo SH, selama enam setengah bulan latihan, Saina harus bersaing dengan 199 orang anggota Gerwani lainnya dalam melayani 400 orang laki-laki, yang juga dilatih di sana dengan harapan bisa merebut “Hadiah Kuda Emas” yang pernah dijanjikan DN Aidit kepada mereka ... Aidit pernah pidato di barak latihan bahwa sukarelawan PKI tidak perlu merasa terkekang oleh aturan-aturan agama, sebaliknya mereka melakukan hubungan jenis satu sama lain secara bebas


Angkatan Bersendjata, 13 Desember 1965
Saina ikut ambil bagian dalam “Tarian Harum Bunga” yang setiap hari dipertunjukkan dengan telanjang bulat. Laki-laki 400 orang yang ada menonton 200 orang perempuan, kemudian dilanjutkan dengan hubungan kelamin secara bebas, yang kadang-kadang seorang perempuan harus melayani 3 atau 4 orang laki-laki.

Angkatan Bersendjata, 15 Desember 1965
Seorang perempuan mengaku bernama Sakinah membeberkan kepada wartawan, “Selain dari melayani seks anggota-anggota Pemuda Rakyat, mereka diajar juga tentang cara memotong kemaluan kucing.
Kemudian mereka mendapat tugas memotong dua orang tentara dari Divisi Diponegoro dan dua orang pedagang dari Tegal, yang mula-mula mereka pikat dengan berpura-pura sebagai pelacur.

Minggu, 10 April 2011

looser dan winner

Ternyata menjadi looser dalam sebuah pertarungan itu lebih berat daripada menjadi winners. Menjadi pemenang tugasnya hanya satu, menunjukan kalau dia memang layak menang. Tapi lain cerita kalo dalam proses menunjukan itu banyak batu yang sengaja ditujukan untuknya. Kenapa looser lebih berat? Karena bagaimana akhirnya si looser ini bisa menerima kekalahan itu dan menerima kemenangan orang lain. Dan mengerti bahwa Alloh memang memilih pemenang itu daripadanya. Itu takdir. Dan seyogyanya takdir itu diterima dengan ikhlas dan bagaimana akhirnya seorang looser itu “menerima dan mendukung” takdir itu. Yang masih membangkang dan tidak bisa menerima kekalahan dan menganggap si looser ini lebih baik daripada si winners, maka itu berarti dia telah menghianati takdir Alloh :D. hhhehehe

Akar masalah itu adalah komunikasi!


Ada banyak hal yang ingin saya tulis sekarang. KOMUNIKASI. Akar semua masalah yang ada. Diawali dengan buruknya komunikasi, salahnya kounikasi, jarangnya komunikasi ITU SEMUA MENYEBABKAN MASALAH. Teknologi yang canggih sekarang tidak ikut mendukung saya akhir-akhir ini. Jaringan provider yang selalu error, ngirim kapan keterima kapan. Nelpon yang selalu tut tut tut gangerti nyambung atau enggak. Ditambah dengan alat yang digunakan untuk menunjang provider itu. Screen yang sekarang sudah tidak bisa bersahabat. Gamau disentuh. Ga disentuh, nyentuh sendiri. Mati sendiri. Nyala sendiri. Ketika nyala, dan ketika provider itu bener, alatnya yang ga bener. Pesan dan panggilan masuk semua. Tapi apa daya, alat itu tidak bisa digunakan. Tombol untuk menerima panggilan tidak berfungsi. Tombol untuk membuka kunci saja tidak bisa dipakai. Hanya untuk sekedar melihat pesan yang masuk. Itu tidak bisa. Tidak bisa semua. Ternyata gangguan itu menyebabkan kesalahan-kesalahan maksud, kecurigaan, durhaka terhadap orang tua yang tanpa kabar, dan hal-hal negative lainnnya.

Minggu, 27 Maret 2011

Mari Berbicara Kejahatan dan Moral


Sejak tahun 1998 Indonesia dilanda krisis ekonomi yang akhirnya berimbas secara akut pada bangunan sosio-kultural dan politik kebangsaan. Krisis ekonomi yang bermula dari krisis moneter ini sebenarnya bukan hanya melanda Indonesia, tetapi sempat menjadi fenomena regional seperti dialami Thailand, Korea Selatan, dan Malaysia. Namun, khusus dalam konteks Indonesia ternyata gejala itu berlarut-larut, membawa konsekuensi sosio-kultural dan ekonomi politik sangat parah. Bahkan jauh lebih parah dibanding Negara-negara tetangga yang mengalami peristiwa serupa.
Fakta ini akhirnya menyadarkan publik betapa bangunan ekonomi Indonesia yang sempat dibanggakan sebagai wujud keberhasilan pembangunan ternyata hanya berdiri di atas pondasi yang sangat rapuh. Pasalnya, pondasi ekonomi Orde Baru ternyata keropos akibat digerogoti rayap-rayap kolusi, korupsi, dan nepotisme. Bangunan sosio-ekonomi yang dari luar tampak kokoh akhirnya roboh diporak-porandakan angin krisis ekonomi, topan ketidakpercayaan masyarakat pada pemerintah, serta badai euphoria politik yang tiada kunjung akhir. Bukan itu saja, bangunan kebangsaan akhirnya dibakar api konflik bernuansa komunal-primordial yang terus dikipasi isu-isu kejahatan trans-nasional dan terorisme.
Realitas sosial selalu memperlihatkan keragaman, baik pada level individu dalam sebuah komunitas maupun pada level makro antar komunitas dalam sebuah masyarakat bangsa apalagi antarbangsa. Perbedaan dan atau keragaman semacam itu merupakan merupakan sebuah kewajaran atau bahkan keniscayaan yang dalam terminologi Islam disebut Sunnatulloh atau dalam konteks umum dinamakan hukum alam. Sebab, setiap individu apalagi setiap komunitas masing-masing memiliki spesifikasi sejarah kehidupan, mempunyai karakter kejiwaa, serta meyakini nilai-nilai sosiokultural dan keragaman tertentu pula. Semua fakrot kolektif tadi akhirnya memandu pemikiran dan perilaku individu dan atau komunitas bersangkutan. Status kekayaan, usia, peran sosial menurut gender, keanggotaan individu dalam sebuah kelompok tertentu, ikut pula menggali jurang perbedaan antar individu maupun antar komunitas. Berbagai perbedaan tadi acapkali menjadi asal muasal faktor potensi bagi munculnya konflik, termasuk kejahatan yang semakin sini semakin marak. Kejahatan itu sendiri adalah perbuatan anti sosial yang melanggar hukum atau undang-undang pada suatu waktu tertentu dan yang dilakukan dengan sengaja, merugikan ketertiban umum dan yang dapat dihukum oleh negara (Abdul Wahid dan Muhammad Irfan, Perlindungan terhadap Korban Kekerasan, Refika Sditama, Bandung, 2001).
Semakin merosotnya ekonomi yang dialami negara ini berbanding lurus dengan moral bangsa. Moral bangsa yang sekarang sedang hangat diperbincangkan orang ini sudah jauh merosot, bahkan sebagian orang berkata bahwa bangsa ini sudah tidak memiliki moral. Meosotnya moral bangsa ini tercermin dari tingkat kejahatan di Indonesia yang terus melonjak naik. Sudah tidak heran dan tidak asing lagi setiap hari kita mendengar tindak kejahatan di berita, mulai dari pembunuhan, pemerkosaan, perampokan, korupsi, dan lain sebagainya. Patroli, TKP, Sidik Kasus, dan Sergap mungkin hanya sebagian kecil acara yang mengetengahkan topik kejahatan sebagai menu utamanya. Beberapa dari mereka bahkan sudah menjadi santapan sehari - hari sebagian pemirsa televisi di negeri ini. Berita dan informasi kriminal ini tidak hanya dapat dengan mudah kita temukan di media - media elektronik tetapi juga dapat kita temukan dalam media - media cetak. Tetapi, tidakkah pernah terbayang di benak kita betapa banyaknya kasus kejahatan yang terjadi di sekitar kita sehingga setiap acara berita kriminal baik di media elektronik maupun media cetak tersebut mampu menyajikan konten yang berbeda dari rival - rivalnya dari hari ke hari.
Pertanyaan selanjutnya adalah mengapa itu bisa terjadi? Itu adalah tingkat kejahatan bangsa ini yang terus meningkat dan tidak adanya kemerosotan akibat dari rusaknya moral bangsa. Ada beberapa sebab yang mungkin menjadi penyebab rusaknya moral bangsa Indonesia. Pertama, pengaruh budaya luar. Ini adalah hal yang mungkin menjadi penyebab rusaknya moral bangsa Indonesia, tak dapat dipungkiri pengaruh budaya barat merusak moral bangsa ini. Sebagai contoh free sex atau pergaulan bebas. Kedua kurangnya nilai agama di negara ini. Ini juga bisa menjadi sebab rusaknya bangsa Indonesia. Jika agama yang kita miliki kuat maka tentu saja kita akan takut berbuat dosa sehingga tidak akan ada kejahatan atau paling tidak kejahatan akan sangat minim di negeri ini. Contohya saja jika para pejabat negeri ini memiliki landasan agama yang baik, maka apa berani dia memakan uang rakyat? Keitag, mungkin salahnya sistem pendidikan Indonesia. Ini juga bisa menjadi penyebab rusaknya moral di Indonesia. Sebagaimana anda tahu anak-anak menghabiskan banyak waktunya di dalam sekolah. Sayangnya sekolah sekarang hanya identik untuk mencari ilmu duniawi saja dan jarang ada yang sekolah yang juga mengajarkan aspek moral, jikalau ada porsinya sangat minim. Ketiga hal di atas mungkin hanya penyebab yang dasar saja.
Ada beberapa indikator yang digunakan untuk melihat kualitas moral kehidupan suatu bangsa. Menurut Thomas Lickona (1992) terdapat sepuluh tanda dari perilaku manusia yang menunjukkan arah kehancuran suatu bangsa yaitu: meningkatnya kekerasan di kalangan remaja, ketidakjujuran yang membudaya, semakin tingginya rasa tidak hormat kepada orangtua, guru, dan figur pemimpin, pengaruh peer group terhadap tindakan kekerasan, meningkatnya kecurigaan dan kebencian, penggunaan bahasa yang memburuk, penurunan etos kerja, menurunnya rasa tanggungjawab individu dan warga negara, meningginya perilaku merusak diri dan semakin kaburnya pedoman moral.
Apa yang disampaikan oleh Lickona tentang ciri penurunan moral yang berpotensi menghancurkan bangsa tergambar melalui wajah media kita. Lalu bagaimana agar bangsa ini mampu bertahan bahkan menjadi maju dan berkembang? Ada tiga musuh bangsa yang harus berpotensi menghancurkan bangsa yaitu kemiskinan, kebodohan, dan kebobrokan moral. Ketiga musuh tersebut harus secara simultan dan serius diperangi. Kemiskinan dapat diberantas dengan pembangunan ekonomi agar kesejahteraan dicapai oleh rakyat secara luas. Kekayaan alam Indonesia sangat potensial untuk dikelola dan dimanfaatkan agar tak ada lagi rakyat yang hidup di bawah garis kemiskinan. Kebodohan diperangi dengan program pendidikan bagi semua kalangan baik secara formal maupun informal.
Kebobrokan moral harus diberantas agar individu-individu terhindar dari perilaku yang merugikan diri, orang lain, dan masyarakat. Moralitas berkaitan dengan aktivitas manusia yang dipandang baik atau tindakan yang benar, adil, dan wajar. Karena itu masyarakat atau bangsa yang bermoral akan senantiasa menjunjung tinggi dan mengutamakan nilai-nilai moral. Pemerintah telah membuat berbagai program dan rencana untuk membuat bangsa ini pulih dari krisis. Berbagai strategi dan pendekatan untuk pembangunan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan rakyat banyak dilakukan. Hal tersebut bahkan seolah menjadi agenda utama. Demikian juga upaya untuk meningkatkan taraf pendidikan banyak program yang disusun. Wajib belajar adalah salah satu upaya untuk membuat bangsa ini terbebas dari belenggu kebodohan.
Untuk kemajuan dan peningkatan kesejahteraan suatu bangsa dibutuhkan sumber daya alam dan sumber daya manusia. Indonesia memiliki sumber daya alam yang sangat kaya baik di luar maupun di perut bumi, di daratan dan di lautan. Namun sumber daya alam saja tidak cukup. Hutan di negara kita terkenal sangat luas dan kaya keragamannya namun dengan adanya pembalakan hutan oleh oknum yang tidak bertanggung jawab membuat hutan kita rusak dan tidak termanfaatkan untuk kesejahteraan bersama. Demikian juga dengan korupsi yang menggerogoti berbagi instansi dan perusahaan pada akhirnya akan menghancurkan sendi kehidupan bangsa. Sebagaimana yang disampaikan Lickona, upaya untuk membuat sebuah bangsa maju dan terhindar dari kehancuran ditentukan oleh kualitas moralnya. Di saat menghangatnya pencalonan presiden dan wakil presiden, wacana pembangunan moral seyogyanya menjadi bagian dari agenda besar para calon pemimpin di masa yang akan datang, agar Indonesia menjadi bangsa yang besar dan bermartabat.

Referensi :
- Abdul Wahid dan Muhammad Irfan, Perlindungan terhadap Korban Kekerasan, Refika Sditama, Bandung: 2001
- Mashad, Dhurorudin, Andai Aku Jadi Presiden : Menuju Format Indonesia Baru, Khalifa, Jakarta: 2004
- http://arsip.idrus.net/2007/02/sudah-begitu-terpurukkah-moral-bangsa.html
- http://charleschristian.wordpress.com/2008/02/01/kejahatan-di-indonesia-sungguh-memprihatinkan/

Sabtu, 26 Maret 2011

ARTI dengan MAKNA itu BERBEDA...

Tak pernah bosan saya bilang itu! arti dengan makna itu beda. tau arti tapi makna dan feel-nya gadapet? sama aja bohong. percaya?

bukti:
bagi saya pribadi yang orang sunda, saya sangat merasa tidak terganggu dengan kata pantek, asu, jancuk, dan kata semacamnya. hhahaha karena feelnya gadapet. maknanya ga dapet dan ganyampe ke hati. meskipun tau arti dari kata-kata itu.

jadi? arti dan makna itu beda kan? atau saya yang bego? :D.hhahaha
*berharap anda yang baca ini akan setuju.....

Dapat Pacar Hilang Teman.


Pacar? Waw emang amazing sekali kata ini. Gak gaul sepertinya kalo gak sering-sering bilang kata ini. Gak hanya orang dewasa yang akrab dengan kata pacar. Anak kecil pun sekarang udah sangat fasih dan hatam. apalagi perempuan! huuuush tiap ada waktu ngumpul, hampir dapat dipastikan pasti ngomongin tentang pacar, pacaran, sayang, jadian, nembak, and the fucking another word :D. Salah? gak sama sekali. TAPI saya pribadi gak terlalu suka dengan itu semua. hhaha hey you are on my blog, now. kalo saya viking, pasti bilang blog aing kumaha aing :D.

kembali pada judulnya! ada beberapa fenomena yang terjadi saat sekarang dan saya baru menyadarinya. ternyata pacar dan berpacaran itu bisa mengakibatkan anda sekalian kehilangan teman. maksudnya adalah mungkin karena sudah merasa dunia milik berdua, jadi semuanya dilakukan berdua. ke sana ke sini berdua dan itu mengakibatkan anda benar-benar berdua di dunia ini. bahkan mungkin bagi anda atau pasangan anda termasuk orang yang super posesif, maka tidak lain tidak bukan anda akan me-remove atau menyuruh pasangan anda meremove beberapa teman anda atau teman pasanga anda. hhhahha aneh aneh aneh. berhati-hatilah kawan :D........

punya pacar harus tetap punya teman :)

Rabu, 23 Maret 2011

Big Girls Don't Cry


The smell of your skin lingers on me now

You're probably on your flight back to your home town

I need some shelter of my own protection baby

To be with myself in center

Clarity, peace, serenity

I hope you know, I hope you know

That this has nothing to do with you

It's personal, myself and I

We've got some straightenin' out to do

And I'm gonna miss you like a child misses their blanket

But I've got to get a move on with my life

It's time to be a big girl now

And big girls don't cry D

on't cry, don't cry, don't cry

The path that I'm walking,

I must go alone

I must take the baby steps till I'm full grown, full grown.

Fairytales don't always have a happy ending, do they?

And I forseek the dark ahead if I stay

I hope you know, I hope you know

That this has nothing to do with you

It's personal, myself and I

We've got some straightenin' out to do

And I'm gonna miss you like a child misses their blanket

But I've got to get a move on with my life

It's time to be a big girl now

And big girls don't cry

Like the little school mate in the school yard

We'll play jacks and uno cards

I'll be your best friend and you'll be my valentine Y

es you can hold my hand if you want to

'Cause I want to hold yours too

We'll be playmates and lovers and share our secret worlds

But it's time for me to go home

It's getting late, dark outside

I need to be with myself in center

Clarity, peace, serenity

Contoh Bab 1 "Pengaruh Pendidikan Kepramukaan dalam Membangun Jiwa Kepemimpinan Setiap Anggota Racana Padjadjaran"

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Praja Muda Karana atau yang lebih dikenal dengan akronimnya, Pramuka, merupakan sebutan bagi anggota Gerakan Pramuka, yang meliputi pramuka siaga, pramuka penggalang, pramuka penegak dan pramuka pandega. Pramuka siaga dapat kita temukan di sekolah-sekolah dasar dengan kelompok umur 7-10 tahun, pramuka penggalang dapat kita temukan di sekolah-sekolah dasar dan sekolah menengah pertama dengan kelompok umur 10-15 tahun, pramuka penegak dapat kita temukan di sekolah-sekolah menengah atas dan universitas dengan kelompok umur 16-20 tahun, dan pramuka pandega dapat kita temukan di perguruan-perguruan tinggi yang mempunyai organisasi gerakan pramuka dengan kelompok umur 21-25 tahun. Gerakan pramuka itu sendiri merupakan wadah atau organisasi pendidikan nonformal yang menyelengarakan pendidikan kepramukaan.

Berdasarkan Kepres Nomor 104 Tahun 2004 tentang pengesahan anggaran dasar gerakan pramuka yang memuat di dalamnya anggaran dasar gerakan pramuka, menjelaskan bahwa kepramukaan merupakan cara pembinaan dan pengembangan sumber daya manusia atau potensi yang dimilki kaum muda, yang dilaksanakan dengan Metodik Kepramukaan. Metodik Kepramukaan diterapkan dalam semua kegiatan dengan cara pengamalan kode kehormatan pramuka; belajar sambil mengerjakan (peserta didik berpartisipasi aktif bersama rekannya dalam setiap kegiatan yang diikitunya); kegiatan kelompok kecil (dilakukan dalam kelompok kecil untuk mengembangkan ketrampilan, kelompok, team work, dan rasa tanggung jawab pribadi yang selanjutnya akan melahirkan kepemimpinan); dan kegiatan yang dilakukan di alam terbuka di mana terjadi kontak dengan alam seisinya.

Metodik kepramukaan inilah yang diterapkan oleh Racana Padjadjaran, gerakan pramuka di Universitas Padjadjaran, untuk mengembangkan potensi anggotanya termasuk di dalamnya unsur kepemimpinan. Bagi penulis menarik untuk membahas hal ini. Karena sebagian besar orang yang penulis tanya tetang keberadaan gerakan pramuka di universitas, khususnya di Unpad, menganggap itu adalah hal lucu dan konyol. Kit akan mendapatkan berbagai jawaban ketika berdiri di depan gerbang Unpad dan bertanya tentang keberadaan gerakan pramuka di Unpad. Mulai dari “emang ada pramuka di unpad?”, “pramuka pramudi? Pramuka jarang mandi?”. Jawaban-jawaban tersebut terlontar dengan ketawa seolah meremehkan. “Itu mah zaman SD kali pramuka, masa kuliah juga ada”. Apalagi ditanya mengenai fungsi dan kegunaan dari kepramukaan itu sendiri. Padahal bila dilihat secara kasat mata, orang yang mempunyai background pramuka ternyata memiliki kelebihan dari teman-temannya yang tidak mengikuti gerakan pramuka. Termasuk di dalamnya adalah unsur kepemimpinan. Ada satu poin yang menjadi tanda tanya besar untuk mencoba menganalisis jawaban-jawaban tersebut. Satu, apakah memang Pramuka Unpad ini begitu ”pareumeun” kah sehingga banyak yang tidak tahu -meskipun banyak juga yang tahu- keberadaan gerakan pramuka di Unpad? Ketika penulis konfirmasi hal tersebut kepada Ketua Racana Padjadjaran, Agus Mahardika, beliau menjawab dengan mudahnya ”keun we, nama bagi kami adalah nomor dua. Karena bagi kami, pengembangan anggota jauh lebih penting dan menjadi prioritas kami dibanding dengan dikenal banyak orang. Apalagi dikenal mahasiswa Unpad sendiri, yang sekarang cenderung lebih besar apatisnya”. Jawaban Kang Agus tersebut seakan memberi angin segar bagi penulis untuk meneruskan penelitian kecil-kecilan ini. Mengapa angin segar, karena pengembangan anggota inilah yang penulis bold dalam judul penelitian kali ini, khususnya adalah unsur kepemimpinan.

Kepemimpinan bukan diperoleh dari bakat sejak lahir ataupun dengan mempelajarinya selama beberapa jam pertemuan. Sikap kepemimpinan merupakan sebuah proses yang terus menerus dipelajari dalam tahapan menjadi seorang pemimpin. Baik pemimpin dalam cakupan besar maupu pemimpin untuk dirinya sendiri. Sikap kepemimpinan dalam diri seseorang bukan sesuatu yang sifatnya pasti, tetap, atau juga stagnan. Sikap it uterus membangun diri melalui serangkaian tempaan, sejalan dengan semakin matangnya pola pikir serta kedewasaan sikap. Kepemimpinan tidak akan terlepas dari organisasi. Maksudnya adalah jiwa kepemimpinan seseorang akan tumbuh dan berkembang di lingkungan organisasi. Karena sebagian besar organisasi mempunyai misi untuk mengembangkan jiwa kepemimpinan anggotanya. ”Misi” tersebut biasanya tercurahkan dalam proses kaderisasi yang ditetapkan oleh pengurus organisasi untuk kebaikan organisasi maupun kebaikan masing-masing individu. Begitupun yang terjadi di Racana Padjadjaran Unpad sebagai organisasi kepramukaan di Universitas Padjadjaran. Menurut Peter Drucker, seorang guru manajemen terkenal, mengatakan bahwa pondasi dari kepemimpinan yang efektif adalah berfikir berdasar misi organisasi, mendefinisikannya, dan menegakannya secara jelas dan nyata.

Berdasarkan uraian di ata, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul ”Pengaruh Pendidikan Kepramukaan dalam Membangun Jiwa Kepemimpinan Setiap Anggota Racana Padjadjaran”.

1.2 IDENTIFIKASI MASALAH

Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah dikemukakan di atas, maka dapat diidentifikasikan masalah pokok yang akan dibahas yaitu adakah pengaruh pendidikan kepramukaan dalam membangun jiwa kepemimpinan dan seberapa besar pengaruhnya terhadap pembangunan jiwa kepemimpinan setiap anggota Racana Padjadjaran.

1.3 TUJUAN PENELITIAN

Adapun tujuan yang hendak dicapai dari penelitian ini adalah mengetahui adanya pengaruh pendidikan kepramukaan dalam membangun jiwa kepemimpinan dan seberapa besar pengaruhnya terhadap pembangunan jiwa kepemimpinan setiap anggota Racana Padjadjaran.

1.4 KEGUNAAN PENELITIAN

1.4.1 Kegunaan Teoritis

Kegunaan penelitian ini jika dilihat dari segi teoritis diharapkan dapat mengembangkan kajian tentang teori kepemimpinan yang bisa muncul dan dikembangkan dengan pendidikan kepramukaan.

1.4.2 Kegunaan Prakktis

Kegunaan praktis dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi Kwaran Nasional Gerakan Pramuka dan Kementrian Pemuda dan Olahraga dalam penerapan pendidikan kepramukaan dalam pembangunan karakter termasuk di dalamnya jiwa kepemimpinan.

1.5 RENCANA SISTEMATIKA PENULISAN

Penelitian ini terdiri dari 5 Bab yang dijabarkan melalui beberapa sub-bab. Berikut ini akan penulis jelaskan penjabaran dari setiap bab disertai dengan penjelasan singkat mengenai kegunaan dari masing-masing bab.

Bab 1 diberi judul pendahuluan, merupakan gambaran awal dari ketertarikan peneliti melakukan penelitian ini. Bab 1 terdiri dari ; latar belakang, identifikasi masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, serta rencana sistematika penulisan.

Bab 2 diberi judul tinjauan pustaka, kerangka pemikiran, hipotesis. Merupakan kajian atau studi pustaka yang dilakukan oleh peneliti terhadap teori dari berbagai literatur, buku dan hasil penelitian lainnya yang pernah dilakukan sebelumnya.

Bab 3 diberi judul objek dan metode penelitian, yaitu tempat/unit aktivitas yang akan penulis teliti serta cara atau mekanisme penelitian yang akan digunakan nantinya. Bab ini terdiri dari ; metode penelitian, teknik penelitian, populasi dan sampel, operasionalisasi variabel, metode analisis data, dan uji hipotesis.

Bab 4 diberi judul hasil penelitian dan pembahasan, terdiri dari analisa pendidikan kepramukaan yang diterapkan Racana Padjadjaran untuk membangun jiwa kepemimpinan setiap anggotannya.

Bab 5 diberi judul kesimpulan dan saran. Kesimpulan dan saran yang dibuat oleh penulis diharapkan dapat berguna bagi pihak-pihak yang memerlukan hasil penelitian ini, khususnya Kwaran Nasional dan Kementrian Pemuda dan Olahraga dalam pembangunan karakter generasi muda lewat pendidikan kepramukaan.

Implementasi Pendidikan Kepramukaan dalam Membangun Jiwa Kepemimpinan Setiap Anggota Racana Padjadjaran

ABSTRAK

Maksud dari penelitian kecil-kecilan ini adalah untuk mengetahui sebenarnya bagaimana pendidikan kepramukaan diaplikasikan di Racana Padjadjaran dan bagaimana sebenarnya metode yang dipakai oleh Racana Padjadjaran untuk mengembangkan potensi anggotanya terutama memunculkan dan mengembangkan jiwa kepemimpinan anggota.

Dengan menggunakan metode penelitian deskriptif analisis, hasil penelitian kecil-kecilan ini menunjukan bahwa metode pendidikan di Racana Padjadjaran selaras dengan pendidikan kepramukaan sesuai dengan Kepres Nomor 104 Tahun 2004. Metode pendidikan ini pun ternyata mampu mengembangkan potensi yang dimiliki anggota racana sekaligus memunculkan jiwa kepemimpinannya.

Dari hasil analisis dapat disimpulkan bahwa ternyata jiwa kepemimpinan bisa muncul dari kelompok-kelompok kecil yang kemudian dari kelompok kecil inilah dituntut untuk berbicara, memberikan pendapat, dan kemudian kebiasaan-kebiasaan berbicara inilah yang terbawa ke kampus bahkan sampai rumah. Selaras juga dengan teori yang dikemukakan Daniel Goleman bahwa kepemimpinan muncul melalui proses berulang-ulang dan dimulai dari hal-hal yang kecil dan dalam ruang lingkup kecil.

Kata kunci :

Pendidikan Kepramukaan, kepemimpinan, Racana Padjadjaran, metode pendidikan Racana Padjadjaran, kelompok kecil,

Kepramukaan

Praja Muda Karana atau yang lebih dikenal dengan akronimnya, Pramuka, merupakan sebutan bagi anggota Gerakan Pramuka, yang meliputi pramuka siaga, pramuka penggalang, pramuka penegak dan pramuka pandega. Pramuka siaga dapat kita temukan di sekolah-sekolah dasar dengan kelompok umur 7-10 tahun, pramuka penggalang dapat kita temukan di sekolah-sekolah dasar dan sekolah menengah pertama dengan kelompok umur 10-15 tahun, pramuka penegak dapat kita temukan di sekolah-sekolah menengah atas dan universitas dengan kelompok umur 16-20 tahun, dan pramuka pandega dapat kita temukan di perguruan-perguruan tinggi yang mempunyai organisasi gerakan pramuka dengan kelompok umur 21-25 tahun. Gerakan pramuka itu sendiri merupakan wadah atau organisasi pendidikan nonformal yang menyelengarakan pendidikan kepramukaan.

Berdasarkan Kepres Nomor 104 Tahun 2004 tentang pengesahan anggaran dasar gerakan pramuka yang memuat di dalamnya anggaran dasar gerakan pramuka, menjelaskan bahwa kepramukaan merupakan cara pembinaan dan pengembangan sumber daya manusia atau potensi yang dimilki kaum muda, yang dilaksanakan dengan Metodik Kepramukaan. Metodik Kepramukaan diterapkan dalam semua kegiatan dengan cara pengamalan kode kehormatan pramuka; belajar sambil mengerjakan (peserta didik berpartisipasi aktif bersama rekannya dalam setiap kegiatan yang diikitunya); kegiatan kelompok kecil (dilakukan dalam kelompok kecil untuk mengembangkan kepemimpinan, ketrampilan, kelompok, team work, dan rasa tanggung jawab pribadi); dan kegiatan yang dilakukan di alam terbuka di mana terjadi kontak dengan alam seisinya.

Metodik kepramukaan inilah yang diterapkan oleh Racana Padjadjaran, gerakan pramuka di Universitas Padjadjaran, untuk mengembangkan potensi anggotanya termasuk di dalamnya unsur kepemimpinan. Bagi penulis menarik untuk membahas hal ini. Karena sebagian besar orang yang penulis tanya tetang keberadaan gerakan pramuka di universitas, khususnya di Unpad, menganggap itu adalah hal lucu dan konyol. Penulis mendapatkan berbagai jawaban ketika berdiri di depan gerbang Unpad dan bertanya tentang keberadaan gerakan pramuka di Unpad. Mulai dari “emang ada pramuka di unpad?”, “pramuka pramudi? Pramuka jarang mandi?”. Jawaban-jawaban tersebut terlontar dengan ketawa seolah meremehkan. “Itu mah zaman SD kali pramuka, masa kuliah juga ada”. Ada satu poin yang menjadi tanda tanya besar untuk mencoba menganalisis jawaban-jawaban tersebut. Satu, apakah memang Pramuka Unpad ini begitu ”pareumeun” kah sehingga banyak yang tidak tahu -meskipun banyak juga yang tahu- keberadaan gerakan pramuka di Unpad? Ketika penulis konfirmasi hal tersebut kepada Ketua Racana Padjadjaran, Agus Mahardika, beliau menjawab dengan mudahnya ”keun we, nama bagi kami adalah nomor dua. Karena bagi kami, pengembangan anggota jauh lebih penting dan menjadi prioritas kami dibanding dengan dikenal banyak orang. Apalagi dikenal mahasiswa Unpad sendiri, yang sekarang cenderung lebih besar apatisnya”. Jawaban Kang Agus tersebut seakan memberi angin segar bagi penulis untuk meneruskan penelitian kecil-kecilan ini. Mengapa angin segar, karena pengembangan anggota inilah yang penulis bold dalam judul penelitian kali ini, khususnya adalah unsur kepemimpinan.

Kepemimpinan

Kepemimpinan bukan diperoleh dari bakat sejak lahir ataupun dengan mempelajarinya selama beberapa jam pertemuan. Sikap kepemimpinan merupakan sebuah proses yang terus menerus dipelajari dalam tahapan menjadi seorang pemimpin. Baik pemimpin dalam cakupan besar maupu pemimpin untuk dirinya sendiri. Sikap kepemimpinan dalam diri seseorang bukan sesuatu yang sifatnya pasti, tetap, atau juga stagnan. Sikap itu terus membangun diri melalui serangkaian tempaan, sejalan dengan semakin matangnya pola pikir serta kedewasaan sikap. Kepemimpinan tidak akan terlepas dari organisasi. Maksudnya adalah jiwa kepemimpinan seseorang akan tumbuh dan berkembang di lingkungan organisasi. Karena sebagian besar organisasi mempunyai misi untuk mengembangkan jiwa kepemimpinan anggotanya. ”Misi” tersebut biasanya tercurahkan dalam proses kaderisasi yang ditetapkan oleh pengurus organisasi untuk kebaikan organisasi maupun kebaikan masing-masing individu. Begitupun yang terjadi di Racana Padjadjaran Unpad sebagai organisasi kepramukaan di Universitas Padjadjaran. Menurut Peter Drucker, seorang guru manajemen terkenal, mengatakan bahwa pondasi dari kepemimpinan yang efektif adalah berfikir berdasar misi organisasi, mendefinisikannya, dan menegakannya secara jelas dan nyata.

Untuk langsung ”ngena” masalah keterkaitan antara proses kaderisasi di Racana Padjadjaran dengan munculnya kepemimpinan seorang anggota racana, penulis langsung mengambil beberapa informan untuk diwawancarai. Ada lima orang yang penulis wawancarai untuk kemudian penulis coba tarik kesimpulan.

Informan pertama bernama Farisa Ulfa yang biasa dipanggil Icca, Fakultas Psikologi 2008. Icca sendiri ternyata sangat merasakan ”kebaikan” yang didapat dari racana untuk mengembangkan dirinya. Icca bukan termasuk orang yang biasa berorganisasi dan mengenal pramuka. Tidak pernah mengikuti organisasi sebelumnya selain KPA, Keluarga Paduan Angklung SMAN 3 Bandung. ”Blah bloh”, Icca menggambarkan dirinya dengan kata itu ketika masuk menjadi mahasiswa baru dan calon anggota di racana. Seiring dengan berjalannya waktu dan proses pendidikan yang dilalui, Icca merasa jauh lebih berkembang untuk meng-explore dirinya. Ketika penulis tanya tentang persentasi pengaruh antara proses di racana dan proses di kampus dalam pengembangan dirinya, Icca menjawab 60% di racana. ”Penulis lebih bisa tampil di depan, bisa mengatur, bisa menyuruh, bisa mempengaruhi, bisa me-lobby, bisa memberikan pendapat, dan bisa memimpin. Akibat racanalah penulis beranidan dipercaya menjadi Ketua Penerimaan Mahasiswa Baru 2010 Fakultas Psikologi. Itu yang penulis dapat di racana. Anehnya adalah proses untuk mencapai kata ”bisa” itu tanpa disadari dan berlangsung begitu saja”.

Informan kedua bernama Ujang Suhendar, Jurusan Perikanan 2009. ”intinya mah Uje sekarang dengan Uje yang dulu beda. Dulu mah Uje sieun buat sekedar ngobrol di depan banyak orang. Sekarang mah insya alloh berani. Pas jadi PJ pengibaran bendera kemarin, memang Uje akuin banyak salah. Tapi dari situ Uje jadi ketagihan jadi PJ. Pengen nunjukin Uje lebih bisa lagi jadi penanggung jawab.” ”Dibawa ke kampus ketagihannya, bahkan ke rumah.” jawaban Uje ketika ditanya ketagihan untuk menjadi penanggung jawab itu berlaku juga di kampus atau tidak.

Informan ketiga bernama Mimin Minhatul Maula, Fakultas Keperawatan 2009. ”Pramuka sebenarnya memang luar biasa. Sempurna. Cuman penulisngnya hanya sedikit orang yang tahu tentang luar biasanya pramuka. Dari SD udah mulai ikut sampai sekarang di Unpad. 10 inti dari Dasha Dharma sebenarmya sudah mewakili seluruh bagian dari hal-hal yang diperlukan untuk hidup bersosial. Bukan hanya kepemimpinan yang bisa didapat di pramuka tapi masih banyak lagi.

Informan keempat adalah Dicky Naufal, Agrobisnis 2005. ”Sangat komples bila berbicara tentang proses pendidikan kepramukaan di Racana Padjadjaran. Memang berindukkan pendidikan kepramukaan namun di Racana Padjadjaran ini semuanya mengalir seperti air. Tidak ada bukti tertulis pola kaderisasi. Tapi langsung konkrit dilaksankan dan penulis rasa sangat tidak bertentangan dengan AD/ART Gerakan Pramuka Indonesia maupun dengan konsep kepanduan Boden Powell. Pola kaderiasi pun tidak tertulis dengan nyata bahwa pola kaderisai Racana Padjadjaran seperti apa. Memang benar racana mempunyai AD/ART namun untuk khusus tentang pola kaderisasi itu tidak ada. Biasanya itu diserahkan kepada angkatan-angkatan atasnya. Angkatan 2008 melihat angkatan 2007, 2007 melihat 2006, dan begitu seterusnya. Untuk masalah munculnya kepemimpinan dari anggota, itu muncul dari proses yang dilalui di racana. Setiap manusia pasti berkembang.

Informan terakhir adalah penulis sendiri yang akan mencoba memberikan pandangan sekaligus analisis tentang jawaban-jawaban keempat informan sebelumnya dikaitkan dengan konsep kepramukaan dan teori kepemimpinan. Informan pertama dan kedua pada dasarnya adalah sama. Masuk racana sebagai gelas kosong yang kemudian diisi oleh proses yang berlangsung di racana. Sesuai dengan salah satu metodik kepramukaan yang menjelaskan bahwa pramuka itu melakukan kegiatan dengan kelompok kecil, di racana pun selalu melakukan kegiatan dengan kelompok-kelompok kecil. Karena memang kebetulan sekali anggota racana itu sedikit dan dari tahun ke tahun anggota baru racana tidak akan lebih dari sepuluh orang. Namun dari kelompok kecil inlah yang kemudian penulis sadari sebagai alasan mengapa anggota gerakan pramuka pada umumnya dan anggota Racana Padjadjaran pada khususnya dapat mengmbangkan dirinya termasuk munculnya jiwa kepemimpinana. Kelompok kecil ini dilakukan untuk mengembangkan kepemimpinan, ketrampilan, kelompok, team work, dan rasa tanggung jawab pribadi.

Menurut teori yang dikemukakan Daniel Goleman, kepemimpinan muncul melalui proses berulang-ulang dan dimulai dari hal-hal yang kecil dan dalam ruang lingkup kecil. Rasanya memang teori ini benar bila dilihat dari fenomena yang terjadi di Racana Padjadjaran. Setiap rapat yang dilakukan tiap hari Jumat, tidak akan pernah didatangi lebih dari 20 orang. Menurut absensi rapat mingguan, rata-rata yang menghadiri rapat adalah 8 orang. 8 orang inilah yang kemudian dituntut untuk berbicara, memberikan pendapat, dan kemudian kebiasaan-kebiasaan berbicara inilah yang terbawa ke kampus bahkan sampai rumah.

Konsep kepemimpinan itu sendiri berasal dari kata pimpin yang memuat dua hal pokok yaitu pemimpin sebagai subjek dan yang dipimpin sebagai objek. Kata pimpin mengandung pengertian mengarahkan, membina atau mengatur, menuntun dan juga menunjukkan ataupun mempengaruhi. Konsep kepemimpinan ini pun ternyata selaras dengan jawaban-jawaban yang diberikan oleh informan sebelumnya. Ketika informan pertama mengatakan “........bisa mengatur, bisa menyuruh, bisa mempengaruhi, bisa me-lobby, bisa memberikan pendapat........”. Secara tidak langsung, jawaban tersebut mengatakan bahwa setidaknya informan pertama dan informan ketiga telah menunjukan memiliki jiwa kepemimpinan.

Penulis rasa memang sudah jelas dan jawaban tentang sebenarnya ada apa di Racana Padjadjaran sehingga anggotanya dapat menunjukan taringnya sebagai pemimpin di lingkungan kampus dan keluarga. Dikaitkan dengan teori pun ternyata selaras dan tidak bertentangan. Dan penulis rasa metode pendidikan yang dipakai di Racana Padjadjaran tidak bertentangan dengan pendidikan kepramukaan bahkan cenderung sesuai. Mungkin dengan adanya artikel penelitian kecil-kecilan ini semakin menguatkan bahwa hal yang luar biasa dimulai dengan hal kecil dan biasa. Diharapkan dengan adanya artikel penelitian, orang-orang tidak lagi memandang pramuka dengan sebelah mata. Menurut Wakil Presiden RI, Boediono, untuk membangun karakter bangsa dan keterampilan yang tinggi, pendidikan di Indonesia selama ini dinilai kurang cukup menyeimbangkan antara pendidikan akademis dengan pendidikan non-akademis. Oleh sebab itu, untuk membangun karakter bangsa yang kuat dan memiliki keterampilan diperlukan pendidikan kepramukaan dan keolahragaan dan kepemudaan untuk dapat ditingkatkan lagi dalam kurikulum sekolah.

Selasa, 22 Maret 2011

Jangan Hiraukan!


Jangan hiraukan mereka yang menilai buruk jalan hidupmu, mereka hanya iri padamu karena hidup mereka yang membosankan...

Asik banget nih pepatah. Kasian dengan orang-orang yang suka nangis karena omongan orang. Udah baca ini kan? Jangan ada lagi air mata karena peduli sama omongan orang, kawan. Memang sangat gampang mencela orang dan rumusnya adalah, apakah mereka mampu ada di posisi kita? Itu yang perlu diingat. Kita luar biasa kawan, jangan pernah mengeluh. Terkadang kita perlu untuk sejenak menutup telinga. :D.

Maaf dan Terima Kasih Harganya Mahal!































maaf dan terima kasih terkadang menjadi kata yang sangat mahal bagi sebagian besar manusia. MAAF, 4 huruf yang seharusnya tidak sulit untuk mengatakannya. bahkan hanya terdiri dari 3 huruf. M, A, F. tapi kenapa orang rasanya susah untuk mengatakan maaf :((. nasib terima kasih juga sama aja kayaknya. berat banget buat bilang thx, makasi, nuhun, atau apapun. mari budayakan maaf dan terima kasih :D

Kamis, 17 Maret 2011

Perempuan itu!





Perempuan itu memutuskan untuk berada dan bertahan di tengah sarang macan. Hidup dengan ribuan macan yang kapan saja siap nerkam. Salah gerak dan salah mengartikan gerak pasti langsung diterkam. Belajar untuk terus berkomunikasi dengan macan-macan itu. Dan siapa tau bisa hidup tenang meski ribuan macan di sampingnya. Tapi saya tau. Perempuan itu hebat dan bisa bertahan!

Rabu, 16 Maret 2011

Perjalanan Menuju Gunung Kendang 2





Perjalanan Menuju Gunung Kendang





Contoh surat praktikum sispemda



Lembar Pengesahan Proposal Praktikum Sispemda

Proposal Praktikum Sistem Pemerintahan Daerah

PENDAHULUAN

Bantul merupakan salah satu kabupaten di Indonesia yang di nilai sangat layak masuk dalam katagori kabupaten yang berhasil dan layak menjadi kabupaten percontohan karena dalam penerapannya kabupaten Bantul mampu serta telah berhasil melaksanakan pembangunan demi kesejahteraan masyarakatnya. Dari berbagai program kerja pemerintahannya menurut kami beberapa program kerja pemerintahan kabupaten Bantul sangat aplikatif, kreatif, dan berhasil dalam berbagai program kerjanya, salah satunya yaitu pemerintah kabupaten Bantul telah mengadakan beberapa bentuk pelatihan keterampilan yang sasaran kegiatannya untuk masyarakat atau keluarga miskin dalam usia produktif yang tidak memiliki pekerjaan tetap, serta tidak memiliki keterampilan yang memadai dalam bidang usaha (wiraswasta) hal tersebut diperoleh di situs www.bantul.com.

Kabupaten Bantul dan Pertanian

Kabupaten Bantul merupakan kabupaten dengan corak wilayah agraris di antara beberapa sektor yang merupakan pendapatan daerah kabupaten Bantul sektor yang memiliki prosentase paling banyak berkontribusi yaitu dari sektor pertanian.

Dari informasi situs www.bantul.com, pemerintah kabupaten Bantul melakukan beberapa upaya yang merupakan sebuah langkah pasti yang bertujuan untuk melindungi serta meningkatkan potensi asli daerah di bidang pertanian, pada khususnya Pemerintah kabupaten Bantul telah membuka Sistem Resi Gudang bagi para petani di Bantul, pemberian pupuk yang bersubsidi, serta membentuk Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Pertanian dalam mendukung perkembangan dan peningkatan pangan di sektor pertanian. Dengan membuka Sistem Resi Gudang tersebut pemerintah kabupaten Bantul bermaksud untuk mengupayakan menampung hasil pertanian masyarakat Bantul, yang dari hal tersebut diharapkan dapat membantu petani untuk lebih meningkatkan hasil dan tidak mengalami rugi, distribusi pupuk yang bersubsidi, mengawasi pengelolaan pertanian dan hasilnya, dibentuk lembaga penyuluh pertanian, supaya ada pengawasan dan kontroling dalam pengelolaan lahan pertanian, sehingga bisa mendapatkan hasil yang optimal. Hal tersebut sesuai dengan informasi yang kami dapat di situs www.bantul.com.

Keberhasilan dari Pemerintah Kabupaten Bantul

Dari situs www.bantul.com, kami mendapatkan terjadi perkembangan Pendapatan Asli Daerah (PAD) selama lima tahun menunjukkan arah kemajuan dan positif karena dilihat dari angka PAD Pemerintah Kabupaten Bantul dari tahun ke tahun meningkat di bawah kepemimpinan Bupati Drs. H. Idham Samawi yang telah dan sedang memimpin dalam dua periode kepemimpinannya ini. Terjadi peningkatan pendapatan di berbagai sektor pembangunannya yang cukup signifikan. Dari data yang kami dapat dari www.bantul.com, di berbagai upaya yang yang dilakukan pemerintah kabupaten Bantul telah membuahkan hasil salah satunya dengan semakin menurunnya angka penderita dan kematian yang disebabkan DBD dan pada saat ini hampir 60 % anggota masyarakat di kabupaten Bantul sudah memiliki Jamkesos dan Jamkesmas, dan sisanya ditalangi APBD.

Kabupaten Bantul juga mendapatkan penghargaan yang membanggakan, karena kabupaten Bantul terpilih sebagai lokasi studi banding dari beberapa kabupaten maju di Indonesia hal ini dapat dibuktikan karena sudah beberapa kabupaten yang melakukan studi banding dengan kabupaten Bantul seperti pemerintah Kota Solok dan lain sebagainya.

Dari www.bantul.com, APBD Kabupaten Bantul anggaran 2010 diarahkan untuk melaksanakan 4 (empat) prioritas pembangunan yaitu pengentasan kemiskinan, risiko bencana, peningkatan kualitas SDM dan pemberdayaan ekonomi lokal.

Dari hal tersebut maka kami, mahasiswa Ilmu Pemerintahan Angkatan 2008 UNPAD Bandung bermaksud melakukan studi dan pengamatan secara langsung kepada Pemerintah Kabupaten Bantul, Jogjakarta karena Pemerintah Kabupaten Bantul kami rasa sangat pantas menjadi tempat kami melakukan studi pemerintahan. Kabupaten Bantul dibawah kepemimpinan Bupati Drs. H. Idham Samawi mampu maju dan meningkatkan pembangunan pemerintahannya dalam masa 2 periode kepemimpinannya. Hal ini sangat menarik dan patuh menjadi contoh yang baik untuk penerapan di kabupaten-kabupaten di Indonesia. Di bawah kepemimpinannya, Bantul menjadi kabupaten yang mampu menerapkan Good Governance. Peningkatan pendapatan Asli Daerah yang meningkat dari tahun ke tahun, menjadi bukti bahwa pengelolaan manajemen dan kepemimpinan yang baik telah diterapkan dengan baik pula. Oleh karena itu, maka berdasarkan uraian di atas, ada beberapa hal yang menarik untuk lebih jauh dicermati diantaranya adalah adalah:

1) Bagaimana pemberdayaan ekonomi lokal serta peningkatan Pendapatan Asli Daerah yang dilakukan pemerintahan Kabupaten Bantul di bawah kepemimpinan Bupati Drs. H. Idham Samawi?

2) Mengapa APBD Kabupaten Bantul anggaran 2010 diarahkan untuk melaksanakan 4 (empat) prioritas pembangunan yang telah di sebutkan dalam uraian diatas, apakah 4 (empat) prioritas pembangunan tersebut belum dicapai oleh Pemerintahan Kabupaten Bantul pada periode ke-1 kepemimpinan Bupati Drs. H. Idham Samawi?

3) Bagaimana cara Pemerintahan Kabupaten Bantul dalam pengentasan kemiskinan masyarakat Bantul dan kebijakan apa saja yang di buat pemerintah Kabupaten Bantul untuk hal tersebut dan bagaimana implementasinya setelah 1 periode kepemimpinan Bupati Drs. H. Idham Samawi?

4) Bagaimana penanggulangan yang dilakukan pemerintahan kabupaten Bantul untuk mengurangi resiko bencana?

Hal yang mendasari untuk diadakannya praktikum mata kuliah Sistem Pemerintahan Daerah dengan harapan mahasiswa mampu belajar dan memahami bagaimana perkembangan pemerintahan daerah di Indonesia, khususnya kabupaten Bantul.

NAMA KEGIATAN

Praktikum Jurusan Ilmu Pemerintahan Angkatan 2008 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Padjadjaran.

TEMA KEGIATAN

Keberhasilan Pemerintahan Kabupaten Bantul dalam Penyelenggaraan Otonomi Daerah

MAKSUD DAN TUJUAN

Maksud diadakannya praktikum ini adalah untuk mengetahui sejauh ana peerintah Kanupaten Bantul berhasil engupayakan engipleentasian progra kerjanya dei kesejahteraan asyarakatnya. Adapun tujuan dari diadakannya praktikum ini adalah sebagai berikut:

1) Penelitian ini dimaksudkan unntuk memenuhi praktikum mata kuliah Sistem Pemerintahan Daerah

2) Untuk mempelajari aspek-aspek yang menjadikan Kabupaten Bantul sebagai salah satu Kabupaten terbaik di Indonesia

3) Untuk mempelajari hubungan antara pemerinntahan daerah dengan warganya dalam kaitannya dengan pelayanan publik serta konsep Good Governance.

BENTUK KEGIATAN

Kunjungan lembaga dan Audiensi dengan pihak Pemerintah Daerah Kabupaten Bantul, dan masyarakat desa di Kabupaten Bantul serta lembaga-lembaga non-departemen/non-pemerintah.

WAKTU DAN TEMPAT

Kegiatan praktikum ini Insya Allah akan dilaksanakan pada :

hari/tanggal : 7 - 10 Juni 2010

tempat : Kabupaten Bantul

SASARAN KEGIATAN

Adapun sasaran kegiatan praktikum jurusan Ilmu Pemerintahan angkatan 2008 ini adalah mahasiswa Ilmu Pemerintahan angkatan 2008 yang berjumlah 198 orang.

SUSUNAN KEPANITIAAN

Terlampir

SUSUNAN ACARA

Terlampir

PENUTUP

Demikian proposal ini kami sampaikan untuk menjadi bahan pertimbangan. Dan besar harapan bagi kami, Bapak/Ibu berkenan untuk mengizinkan terselenggaranya kegiatan praktikum ini. Kami selaku koordinator penyelenggara Praktikum Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Padjadjaran mengaharapkan kegiatan ini dapat berlangsung baik dan mampu memberikan kontribusi bagi perkembangan keilmuwan jurusan Ilmu Pemerintahan. Semoga apa yang telah direncanakan ini mendapat ridho dari Allah SWT. Atas perhatian dan dukungan dari Bapak/Ibu, kami sampaikan terima kasih.

Jatinangor, Mei 2010

Menyetujui,

a.n. Ketua Jurusan

Sekretaris Jurusan IP

Dede Sri Kartini Dra., M. Si

NIP.19670112 199203 2002

Koordinator Praktikum

Rudiana, S.IP.

NIP.19741124 200312 1001

Pembantu Dekan I

FISIP UNPAD

Dr. Soni A. Nulhaqim, S.Sos., M.Si

NIP. 196802041994031005

LAMPIRAN I

SUSUNAN KEPANITIAAN

Pelindung : Rektor Universitas Pajdadjaran

Prof. Dr. Ir. Ganjar Kurnia, D.E.A

Dekan FISIP UNPAD

Prof. Dr .H. A.Kartiwa, Drs. ,S.H., M.S

Pembantu Dekan I FISIP UNPAD

Dr. Soni A. Nulhaqim, S.Sos. M.Si

Penanggung Jawab : Ketua Jurusan Ilmu Pemerintahan

Prof. Dr.Nasrullah Nazsir, Drs., M.S

Narasumber : Prof. Dr. H. Utang Suwaryo, Drs., MA.

Dra. Dede Sri Kartini.,M Si

Koordinator praktikum: Rudiana, S.IP

Ketua Pelaksana : Sri Rahayu

Divisi Materi : R. Sadam Al Jihad (koordinator I)

Nadhillah (koordinator II)

Faridz

Taufiq Firdaus Al Muzaky

Fahrul

Bayu Pradana B.

Rayinda Ajeng

Sisri Naldi

Aditya

Gerri Birawa

Gilang

Ario

Deden R.

Divisi Logistik : Kemal (koordinator I)

Kendry (koordinator II)

Agung M.

M. Iman

Primadara

Evi Sinaga

Januar C.

Mutiara Lestari

Hesti

Tania

Arimaya Y.

Wirandyka

Eldi Bangun

Nina

Meylia

Metty

Windy

Emy

Tania

Mia

Aulia Rahman

Vica

Divisi Konsumsi : Theo M. (koordinator I)

M. Rosyid (koordinator II)

Nur Suci P.

Destriani

Pujo

Haekal

Enni S.

Raisa Nabilla Zahara

Siska

Rudy A.

Nur Arafat

Christina S.

Yola

Dio F.

Marvin

Rheza N.

Winneu

Maulana

Chalify A.

Euis J.

Dian N.

Wulan

Wilya

M. Erfandie

Ratna Citra G.

Restu Hapsari

Kurnia R.

Milly A.

Divisi Pubdok : M. Indra (koordinator I)

Aditya N. (koordinator II)

Rifaldy

Rensya

Alvit

Agus

Rifki

Hirgo

Ridwan

LAMPIRAN II

SUSUNAN ACARA

Senin, 7 Juni 2010

08.00 - 18.00 : Perjalanan ke Bantul (dari Jatinangor)

18.00 - 21.00 : Sholiskan

21.00 - 23.00 : Briefing untuk Kegiatan Besok

23.00 : Tidur

Selasa, 8 Juni 2010

05.00 – 08.00 : Persiapan ke Lapangan

08.00 – 10.00 : Sampai di Pemkab Bantul dan Persiapan Penyambutan

10.00 – 11.00 : Persiapan survey dan briefing kelompok

11.00 – 16.00 : Survey Langsung dan Pengamatan Objek Part I

16.00 – 19.00 : Kembali ke Penginapan dan Waktu Bebas

19.00 – 19.30 : Sholat dan Makan Malam

19.3022.00 : Diskusi Kelompok mengenai Hasil Pengamatan Part I

22.00 : Tidur

Rabu, 9 Juni 2010

05.00 – 06.00 : Bangun Tidur dan Mandi

06.00 – 07.00 : Sarapan dan Persiapan Awal

07.00 – 07.30 : Briefing Kelompok

07.30 – 15.00 : Survey Langsung dan Pengamatan Objek Masalah Part II

15.00 – 21.00 : Waktu Bebas di Malioboro

21.00 : Kembali ke Jatinangor