Halaman

Rabu, 23 Maret 2011

Contoh Bab 1 "Pengaruh Pendidikan Kepramukaan dalam Membangun Jiwa Kepemimpinan Setiap Anggota Racana Padjadjaran"

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Praja Muda Karana atau yang lebih dikenal dengan akronimnya, Pramuka, merupakan sebutan bagi anggota Gerakan Pramuka, yang meliputi pramuka siaga, pramuka penggalang, pramuka penegak dan pramuka pandega. Pramuka siaga dapat kita temukan di sekolah-sekolah dasar dengan kelompok umur 7-10 tahun, pramuka penggalang dapat kita temukan di sekolah-sekolah dasar dan sekolah menengah pertama dengan kelompok umur 10-15 tahun, pramuka penegak dapat kita temukan di sekolah-sekolah menengah atas dan universitas dengan kelompok umur 16-20 tahun, dan pramuka pandega dapat kita temukan di perguruan-perguruan tinggi yang mempunyai organisasi gerakan pramuka dengan kelompok umur 21-25 tahun. Gerakan pramuka itu sendiri merupakan wadah atau organisasi pendidikan nonformal yang menyelengarakan pendidikan kepramukaan.

Berdasarkan Kepres Nomor 104 Tahun 2004 tentang pengesahan anggaran dasar gerakan pramuka yang memuat di dalamnya anggaran dasar gerakan pramuka, menjelaskan bahwa kepramukaan merupakan cara pembinaan dan pengembangan sumber daya manusia atau potensi yang dimilki kaum muda, yang dilaksanakan dengan Metodik Kepramukaan. Metodik Kepramukaan diterapkan dalam semua kegiatan dengan cara pengamalan kode kehormatan pramuka; belajar sambil mengerjakan (peserta didik berpartisipasi aktif bersama rekannya dalam setiap kegiatan yang diikitunya); kegiatan kelompok kecil (dilakukan dalam kelompok kecil untuk mengembangkan ketrampilan, kelompok, team work, dan rasa tanggung jawab pribadi yang selanjutnya akan melahirkan kepemimpinan); dan kegiatan yang dilakukan di alam terbuka di mana terjadi kontak dengan alam seisinya.

Metodik kepramukaan inilah yang diterapkan oleh Racana Padjadjaran, gerakan pramuka di Universitas Padjadjaran, untuk mengembangkan potensi anggotanya termasuk di dalamnya unsur kepemimpinan. Bagi penulis menarik untuk membahas hal ini. Karena sebagian besar orang yang penulis tanya tetang keberadaan gerakan pramuka di universitas, khususnya di Unpad, menganggap itu adalah hal lucu dan konyol. Kit akan mendapatkan berbagai jawaban ketika berdiri di depan gerbang Unpad dan bertanya tentang keberadaan gerakan pramuka di Unpad. Mulai dari “emang ada pramuka di unpad?”, “pramuka pramudi? Pramuka jarang mandi?”. Jawaban-jawaban tersebut terlontar dengan ketawa seolah meremehkan. “Itu mah zaman SD kali pramuka, masa kuliah juga ada”. Apalagi ditanya mengenai fungsi dan kegunaan dari kepramukaan itu sendiri. Padahal bila dilihat secara kasat mata, orang yang mempunyai background pramuka ternyata memiliki kelebihan dari teman-temannya yang tidak mengikuti gerakan pramuka. Termasuk di dalamnya adalah unsur kepemimpinan. Ada satu poin yang menjadi tanda tanya besar untuk mencoba menganalisis jawaban-jawaban tersebut. Satu, apakah memang Pramuka Unpad ini begitu ”pareumeun” kah sehingga banyak yang tidak tahu -meskipun banyak juga yang tahu- keberadaan gerakan pramuka di Unpad? Ketika penulis konfirmasi hal tersebut kepada Ketua Racana Padjadjaran, Agus Mahardika, beliau menjawab dengan mudahnya ”keun we, nama bagi kami adalah nomor dua. Karena bagi kami, pengembangan anggota jauh lebih penting dan menjadi prioritas kami dibanding dengan dikenal banyak orang. Apalagi dikenal mahasiswa Unpad sendiri, yang sekarang cenderung lebih besar apatisnya”. Jawaban Kang Agus tersebut seakan memberi angin segar bagi penulis untuk meneruskan penelitian kecil-kecilan ini. Mengapa angin segar, karena pengembangan anggota inilah yang penulis bold dalam judul penelitian kali ini, khususnya adalah unsur kepemimpinan.

Kepemimpinan bukan diperoleh dari bakat sejak lahir ataupun dengan mempelajarinya selama beberapa jam pertemuan. Sikap kepemimpinan merupakan sebuah proses yang terus menerus dipelajari dalam tahapan menjadi seorang pemimpin. Baik pemimpin dalam cakupan besar maupu pemimpin untuk dirinya sendiri. Sikap kepemimpinan dalam diri seseorang bukan sesuatu yang sifatnya pasti, tetap, atau juga stagnan. Sikap it uterus membangun diri melalui serangkaian tempaan, sejalan dengan semakin matangnya pola pikir serta kedewasaan sikap. Kepemimpinan tidak akan terlepas dari organisasi. Maksudnya adalah jiwa kepemimpinan seseorang akan tumbuh dan berkembang di lingkungan organisasi. Karena sebagian besar organisasi mempunyai misi untuk mengembangkan jiwa kepemimpinan anggotanya. ”Misi” tersebut biasanya tercurahkan dalam proses kaderisasi yang ditetapkan oleh pengurus organisasi untuk kebaikan organisasi maupun kebaikan masing-masing individu. Begitupun yang terjadi di Racana Padjadjaran Unpad sebagai organisasi kepramukaan di Universitas Padjadjaran. Menurut Peter Drucker, seorang guru manajemen terkenal, mengatakan bahwa pondasi dari kepemimpinan yang efektif adalah berfikir berdasar misi organisasi, mendefinisikannya, dan menegakannya secara jelas dan nyata.

Berdasarkan uraian di ata, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul ”Pengaruh Pendidikan Kepramukaan dalam Membangun Jiwa Kepemimpinan Setiap Anggota Racana Padjadjaran”.

1.2 IDENTIFIKASI MASALAH

Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah dikemukakan di atas, maka dapat diidentifikasikan masalah pokok yang akan dibahas yaitu adakah pengaruh pendidikan kepramukaan dalam membangun jiwa kepemimpinan dan seberapa besar pengaruhnya terhadap pembangunan jiwa kepemimpinan setiap anggota Racana Padjadjaran.

1.3 TUJUAN PENELITIAN

Adapun tujuan yang hendak dicapai dari penelitian ini adalah mengetahui adanya pengaruh pendidikan kepramukaan dalam membangun jiwa kepemimpinan dan seberapa besar pengaruhnya terhadap pembangunan jiwa kepemimpinan setiap anggota Racana Padjadjaran.

1.4 KEGUNAAN PENELITIAN

1.4.1 Kegunaan Teoritis

Kegunaan penelitian ini jika dilihat dari segi teoritis diharapkan dapat mengembangkan kajian tentang teori kepemimpinan yang bisa muncul dan dikembangkan dengan pendidikan kepramukaan.

1.4.2 Kegunaan Prakktis

Kegunaan praktis dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi Kwaran Nasional Gerakan Pramuka dan Kementrian Pemuda dan Olahraga dalam penerapan pendidikan kepramukaan dalam pembangunan karakter termasuk di dalamnya jiwa kepemimpinan.

1.5 RENCANA SISTEMATIKA PENULISAN

Penelitian ini terdiri dari 5 Bab yang dijabarkan melalui beberapa sub-bab. Berikut ini akan penulis jelaskan penjabaran dari setiap bab disertai dengan penjelasan singkat mengenai kegunaan dari masing-masing bab.

Bab 1 diberi judul pendahuluan, merupakan gambaran awal dari ketertarikan peneliti melakukan penelitian ini. Bab 1 terdiri dari ; latar belakang, identifikasi masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, serta rencana sistematika penulisan.

Bab 2 diberi judul tinjauan pustaka, kerangka pemikiran, hipotesis. Merupakan kajian atau studi pustaka yang dilakukan oleh peneliti terhadap teori dari berbagai literatur, buku dan hasil penelitian lainnya yang pernah dilakukan sebelumnya.

Bab 3 diberi judul objek dan metode penelitian, yaitu tempat/unit aktivitas yang akan penulis teliti serta cara atau mekanisme penelitian yang akan digunakan nantinya. Bab ini terdiri dari ; metode penelitian, teknik penelitian, populasi dan sampel, operasionalisasi variabel, metode analisis data, dan uji hipotesis.

Bab 4 diberi judul hasil penelitian dan pembahasan, terdiri dari analisa pendidikan kepramukaan yang diterapkan Racana Padjadjaran untuk membangun jiwa kepemimpinan setiap anggotannya.

Bab 5 diberi judul kesimpulan dan saran. Kesimpulan dan saran yang dibuat oleh penulis diharapkan dapat berguna bagi pihak-pihak yang memerlukan hasil penelitian ini, khususnya Kwaran Nasional dan Kementrian Pemuda dan Olahraga dalam pembangunan karakter generasi muda lewat pendidikan kepramukaan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar